/ Elsa - Disney's Frozen

Thursday 31 October 2013

Download Favicon Untuk Blog

Posted by Unknown at October 31, 2013 0 comments
Download kumpulan favicon keren untuk blog-mu, langsung aja buat yg belum punya yg namanya favicon bisa di ambil disini tanpa syarat! Cekidooooooots. . . 


Sahabat Cappucino

Posted by Unknown at October 31, 2013 0 comments
Sahabat Cappucino
Aku duduk bersama dengan capucino buatan ibu di teras rumah sambil memperhatikan keluarga yang baru pindah tepat di depan rumahku. Aku melihat anak perempuan yang air mukanya begitu pucat di penglihatanku. Aku terus memperhatikannya, dia begitu cantik menurutku. Kulitnya putih susu, rambutnya panjang agak kecoklatan, dia memakai baju lengan panjang berwarna biru polos, celana sampai betis dan dia memegang sebuah buku yang tidak begitu jelas kulihat karena agak jauh dariku. Mereka sangat sibuk menurunkan barang dari mobil openkap, sedangkan anak perempuan itu hanya duduk di teras sambil membaca buku. Nampaknya ibunya melarangnya bekerja. Aku terus memperhatikan tanpa sadar kalau capucinoku habis. Aku merasa sedikit kesal karena aku tidak begitu menikmati capucino buatan ibu yang amat lezat itu karena memperhatikan tetangga baru di depan rumah. Aku masuk dalam rumah dan membawa gelas bekas capucinoku tanpa ekspresi.

Esok harinya saat aku pulang sekolah aku melihat anak perempuan itu duduk sendiri di depan rumahnya, nampaknya dia kesepian. Kemarin kulihat dia satu-satunya anak cewek, soalnya kemarin aku melihat dua cowok yang lebih tua darinya mungkin kakaknya. Dia duduk sambil memegang buku yang kemarin kulihat. Dia menyapaku, “hai, kamu anak perempuan yang tinggal di depan rumahku kan?” dia menyapa dan bertanya padaku sambil tersenyum lebar seperti ingin berteman denganku. Aku menjawabnya dengan senyuman yang tak kalah lebar, “iya, aku Cika, kamu?” aku berkata tanpa mengulurkan tanganku. Dia menjawab sambil mengulurkan tangannya, “aku Dea, aku baru pindah kemarin”.

Aku pun meninggalkannya dan pulang ke rumah karena ibu melihatku dan memanggilku makan. itulah ibu, selalu menghawatirkanku terutama makananku. Aku sempat melihat buku yang dipegang Dea, judulnya Pintu Harmonika. Nampaknya itu adalah novel, aku suka sampul bukunya, warnanya biru muda cerah dan itu adalah warna kesukaanku. Saat aku menutup pintu pagar dan aku sengaja menoleh ke arahnya ternyata dia sudah masuk ke dalam rumahnya. Mungkin dia sengaja duduk di depan rumahnya karena ingin mencari teman. Nampaknya aku orang pertama yang menjadi temannya.

Hari ini Dea masuk ke sekolah kami, aku tidak terkejut sih, malah aku sudah meramalkan kalau dia pasti masuk ke sekolah ini. Alasannya sih karena sekolah ini dekat rumah, bisa ditempuh dengan berjalan kaki, dan juga memang sekolah ini adalah sekolah favorit dan unggulan. Jadi yah otomatis dia pasti sekolah disini. Dan ramalanku tepat. Hahahah, kayanya aku cocok jadi peramal deh, pikirku melucu sendiri sampai-sampai aku tidak memperhatikan dia memperkenalkan diri. Dia tersenyum manis melihatku, aku pun membalas senyumnya dengan senyuman yang paling manis yang kupunya. Bu Hera pun menyuruhnya duduk di kursi deretan ke tiga dari depan di sebelah kanan, karena di tempat itu kosong. Bukannya kosong sih, Tari namanya, dia malas ke sekolah, kabar-kabarnya sih dia sudah tidak sekolah lagi karena orangtuanya tidak mampu menyekolahkan lagi. Kasian sih, tapi itu kabar-kabarnya, masalah benar atau tidaknya aku sih tidak tau, itulah mengapa kursi itu kosong.


Dea duduk dengan Fira. Air mukanya begitu berbinar-binar walaupun mukanya nampak pucat saat itu, sepertinya dia suka sekolah disini. Sepulang sekolah aku mengajaknya pulang sama-sama, dan dia tidak menolaknya padahal dia sudah dijemput sopirnya, namun dia menyuruhnya pulang karena ingin berjalan kaki denganku. Tapi saat dia menyuruh sopirnya pulang, terlihat air muka si sopir berat untuk mengizinkan Dea jalan kaki. Aku tidak mendengar percakapan mereka, soalnya jarak aku dengan Dea saat dia izin ke sopirnya agak jauh. Tapi Dea berhasil membuat sopirnya pulang, dan dia pun pulang denganku. Fira juga ikut pulang bersama kami, soalnya rumah Fira juga tidak jauh dari rumah kami berdua. Dan memang selama ini aku selalu pulang sekolah bersama Fira, bukan cuma pulang, pergi sekolah juga bersama Fira setiap hari.


Sepanjang jalan kami sibuk berbincang-bincang, kami anak SMP yang begitu gembira. Tidak terasa kalau Fira sudah sampai di rumahnya, entah apa yang membuat kami tidak merasa kelelahan saat berjalan kaki. Apakah karena sekolah kami dekat ataukah karena kami asik sibuk bicara. Entahlah, menurutku keduanya adalah benar adanya. Dan akhirnya sampailah kami di rumah masing-masing. Aku buka pintu pagar dan munutupnya sambil melambaikan tanganku ke Dea. Deapun melambaikan tangannya membalas lambaian tanganku. Lagi lagi aku melihat mukanya yang begitu pucat. Kelihatannya dia kecapean, ataukah dia tidak biasa berjalan kaki, pikirku sendiri bertanya-tanya.


Sore itu ibu membuatkanku capucino kesukaanku. Capucino buatan ibu memang is the best deh, tapi aku heran, kok ibu membuatkanku dua cangkir capucino di gelas bergambar malaikat yang ada di lemari piring. Gelas itu adalah gelas favoritku, jarang aku pakai karena aku sangat menyukai gelas itu. Aku heran, padahal sesuka apapun aku dengan capucino ini, tapi ibu selalu membuatkanku satu cangkir saja. Kadang aku bete sih. Ibu menaruh dua cangkir capucino itu di atas meja yang ada di teras. Ibu tersenyum sambil berkata, “ayo panggil teman baru kamu merasakan lezatnya capucino buatan ibu ini”. Ternyata itulah jawabannya, aku pun segera ke rumah Dea. Aku mengetuk pintu rumahnya, ibu Dea membukakan pintunya untukku. “sore tante, aku Cika yang tinggal tepat di depan rumah tante”, aku memperkenalkan diri dengan suara lembut yang kupunya. “oh, iya, cari Dea yah?”, langsung menebak kedatanganku. “iya tante, ibuku membuatkan capucino untuk aku dan Dea”. “sayang sekali, Dea lagi tidur”, mendengarnya aku nampak sedikit kecewa. Namun mau bagaimana lagi kalau memang Dea lagi tidur. Saat aku izin pulang, tiba-tiba Dea muncul, “ibu, kok aku tidak dikasih tau sih kalau ada temanku yang datang”, ibunya tak menjawab. Saat itu aku melihat air mukanya agak sedikit lebih segar dibandingkan saat tadi siang. Sepertinya memang tadi dia kecapean saja, nampaknya dia sudah istirahat makanya dia terlihat lebih mendingan walaupun agak sedikit pucat. tanpa membuang waktu lebih banyak lagi karena memikirkan itu, aku pun mengajaknya ke rumahku. Dia meminta izin ke ibunya, tanpa pikir lama, ibunya mengizinkannya.

Sesampainya di teras rumah aku melihat setoples cookies coklat menemani dua cangkir capucino buatan ibu. Padahal tadi aku tidak melihat toples cookies itu, aku juga tidak melihat ibu membuat cookies hari ini ataupun hari sebelumnya. Tanpa bertanya hal tersebut sama ibu aku langsung mengajak Dea untuk mencicipi capucino buatan ibu dan cookies coklat yang nampaknya lezat itu yang aku belum tahu darimana cookies coklat itu berasal. Aku melihat Dea yang mencicipi capucino buatan ibu dan dengan air muka penasaran yang aku tampakkan ke Dea karena ingin mengetahui pendapat Dea tentang capucino buatan ibuku. Dua teguk Dea meminum capucino buatan ibu dan air mukanya dengan sangat jelas berbicara kalau capucino buatan ibuku amat lezat walaupun tidak diutarakannya dengan kata-kata. Aku pun juga meminumnya sampai habis. Ternyata Dea yang deluan menghabiskan capucinonya, dia tersenyum melihatku. Dengan senyumnya yang selalu manis dia berkata, “enak sekali”. Akupun dengan refleks menjawab, “ibuku memang selalu jago membuat capucino seenak ini”.


Sore itu kami habiskan waktu dengan meminum capucino, memakan cookies coklat lezat, dan bercerita-cerita di teras rumahku. Saat azan maghrib berkumandang, disaat itulah apa yang kami lakukan sore itu terhenti. Dea pulang di rumahnya dan aku pun masuk dalam rumah. Selesai shalat isya, seperti biasa aku mengerjakan pekerjaan rumahku. Tetapi saat itu pikiranku tidak di pekerjaan rumahku, tapi lagi-lagi aku memikirkan Dea. Aku bertanya-tanya sendiri. Mungkinkah Dea mengidap suatu penyakit yang ganas? Tadi sore dia begitu pucat, walaupun awalnya dia kelihatan baik-baik saja tetapi saat kami bercanda-canda tadi dia begitu terlihat kelelahan. Tetapi saat aku menanyakan apakah dia sakit atau tidak, dia hanya menjawab kalau dia hanya kecapean saja. Aku tidak percaya saat dia menjawabku begitu. Aku yakin kalau dia pasti terkena penyakit yang berbahaya. Banyak yang mendukung hipotesisku ini, salah satunya aku selalu melihat mukanya pucat dan itu bukan sekali. Saking sibuknya aku memikirkan Dea tanpa sadar ternyata jam menunjukkan pukul 21.05. aku kaget, pekerjaan rumahku belum kukerjakan biar satu. Aku panik dicampur mengantuk. Tetapi aku putuskan untuk menyelesaikan pekerjaan rumahku ini karena besok harus dikumpul. Aku memutuskan pikiranku tentang Dea dan segera mengerjakan kembali pekerjaan rumahku. Aku menyelesaikannya selama tiga jam. Kali ini aku mengerjakan pekerjaan rumahku dengan memakan waktu sangat lama, karena aku mengerjakannya dengan melawan rasa ngantukku.


Syukurlah aku tidak terlambat bangun hari ini, aku segera siap-siap ke sekolah. Hari itu aku tidak terlambat tiba di sekolah. Itu karena tadi aku diantar ayah, biasanya sih aku jalan kaki dengan Fira. Di kelas aku belum melihat Fira, mungkin dia lagi menungguku di rumahnya, karena biasanya aku menjemputnya untuk jalan kaki bersama ke sekolah. Aku langsung bbm Fira,
“Fir, aku sudah di sekolah nih tadi ayah mengantarku, sorry yah aku telat kasih kabar”.
Sekitar 1 menit kemudian Fira membalas pesan bbmku
“oh, iya Cik, aku nggak ke sekolah nih hari. Kepalaku pusing banget, aku sudah kirim surat kok”.
Aku membalas pesan bbm Fira, “oh, GWS yah fir”. Fira tidak membalas pesan bbmku lagi.

Aku duduk di bangku depan kelas. Dea belum juga datang padahal bel pelajaran pertama lagi lima menit akan berbunyi. Aku mulai resah dan terdengarlah bel berbunyi. Aku masuk ke kelas, belum ada tanda-tanda kedatangan Dea. Pesan bbm yang aku kirimkan ke Dea tidak dibalasnya. Aku sibuk ngePING Dea sampai terhenti saat ibu guru Aya masuk, aku pun mulai fokus kepelajaran dan memutuskan pikiranku ke Dea.


Bel pun berbunyi menandakan berakhirnya pelajaran hari ini. Aku langsung memeriksa handphoneku, tapi gak ada pesan bbm dari Dea ataupun Fira. Aku pulang sendiri dan berencana singgah di rumah Fira untuk melihat keadaannya. Ternyata Fira tidak ada di rumanya, kata pembantunya Fira baru saja ke dokter, aku di suruh pulang dan datang lagi sebentar sore. Aku pun pulang seakan-akan menuruti perkataan pembantu Fira, padahal sebenarnya gak seperti itu, aku memang mau pulang kalau memang Fira tidak ada di rumah karena tujuanku datang kan untuk bertemu Fira. Kalau Firanya tidak ada otomatis aku pulanglah. Aku juga berencana menjenguknya sebentar sore kalau memang dia tidak ada di rumah. Itu semua memang sudah kupikirkan sepanjang jalan menuju rumah Fira.

Aku pun melanjutkan rencanaku selanjutnya untuk pergi ke rumah Dea. Aku sudah siapkan pertanyaan untuk ku lontarkan ke Dea. Tetapi pagar rumah Dea tergembok. Aku baru sadar, ternyata memang dari tadi pagi rumah Dea kosong, tetapi aku tidak mempermasalahkan hal ini tadi pagi. Mobil ayah Dea gak ada, lagi-lagi timbul berbagai pertanyaan di benakku yang belum pernah terjawab selama ini. Aku segera pulang dan merencanakan menanyakan hal ini ke Ibu.


Sesampainya di rumah ternyata ibu gak ada. Aku menunggu ibu sambil menonton tv, tanpa sadar akupun tertidur. Aku terbangun karena mencium aroma cookies coklat yang lezat, aku mengikuti arah aroma cookies itu berasal. Ternyata aroma cookies itu berasal dari dapur rumahku. Ibu sedang membuat cookies coklat yang aromanya menggambarkan kelezatannya. Aku mengambil satu biji cookies coklat yang ada di atas meja. Aku memakannya dengan menutup mata dan menjiwai kelezatannya. Rasanya beda dengan cookies coklat kemarin. Cookies buatan ibu lebih enak dari kemarin, sepertinya kemarin bukan ibu yang membuat cookies coklat itu. Aku melanjutkan menjiwai rasa cookies buatan ibu dengan mengambil sebiji lagi, aku di kagetkan dengan pertanyaan ibu. “bagaimana, sekarang lebih enakkan?”. Aku mengangguk dan mengiyakan pertanyaan ibu. Tiba-tiba aku sadar, dan melontarkan pertanyaan ke ibu dengan nada kaget, “cookies coklat kemarin itu buatan ibu juga yah?”. Ibu tersenyum dan mengangguk membalasku. Aku minta penjelasan ibu, ibu pun menjelaskan dengan panjang lebar kepadaku. Sekarang masalah cookies coklat sudah terjawab.


Jam di dinding rumahku yang terletak di dinding ruang tengah mengarah ke televisi menunjukkan pukul 16.55. aku lupa kalau sore ini aku berencana untuk menjenguk Fira, tetapi ternyata tidak sesuai rencanaku. Aku pun membatalkan rencana sore ini. Aku mengirimkan pesan bbm ke Dea dan Fira. “bagaimana keadaan kalian?”. Baru sekitar 5 detik aku mengirim pesan tiba-tiba handphoneku berbunyi. Aku berharap itu dari Dea atau Fira. Dengan semangat aku membuka pesan bbm itu, semangatku pudar saat melihat pesan bbm itu, bukan dari Dea ataupun Fira. Aku tidak putus asa. Berkali-kali aku PING Dea dan Fira walaupun tidak ada balasan. Aku sangat cemas terhadap mereka berdua. Aku juga marah karena merasa kalau mereka tidak memikirkan aku, mereka tidak memikirkan betapa cemasnya aku terhadap mereka.


Dengan hati yang kecewa aku menaruh handphoneku di atas tempat tidur dan aku segera mengambil buku pelajaran besok. Aku tidak mempunyai pekerjaan rumah yang harus diselesaikan malam ini, jadi aku hanya membaca buku saja dan berusaha memutuskan pikiranku terhadap kedua sahabatku itu. Sekitar satu jam lebih aku membaca buku, tiba-tiba handphoneku berbunyi. Aku langsung loncat menuju tempat tidur dan dengan secepat kilat aku mengambil handphoneku. Aku begitu gembira, ternyata Fira membalas pesan bbm aku. “sorry yah Cik, tadi siang aku ke dokter, pas pulang aku minum obat terus ketiduran tanpa sempat membaca pesan bbm kamu. Sorry yah, ini aja aku baru bangun tidur”. Aku senang banget karena Fira membalas pesanku. Aku membalas Fira, “aku cemas banget tau dengan keadaan kamu dan Dea, ditambah lagi kalian gak balas-balas pesanku, tapi syukurlah kecemasanku terobati dengan balasan pesanmu, jadi sekarang bagaimana keadaanmu?”. Tidak cukup satu menit Fira membalas pesan bbmku. “alhamdulillah udah mendingan, besok sepertinya aku sudah bisa ke sekolah”.

Malam itu aku senang banget karena Fira ternyata sudah baikan. Sekarang yang aku pikirkan tinggal Dea. Dari tadi tidak ada pesan masuk dari Dea. Aku sangat cemas, Fira pun ikut cemas saat aku menceritakan kecemasanku tentang Dea. “aku udah kirim pesan ke Dea tapi tidak dibalas”, pesan bbm dari Fira. “yaelah, dari tadi aku udah kirim pesan, mungkin udah ratusan kali tapi tidak dibalas”, aku membalas pesan bbm Fira. “besok kita ke rumahnya aja”, bbm dari Fira. Aku melihat rumah Dea dari jendela kamarku. Masih sama seperti tadi siang. Mobil ayah Dea tidak terparkir di halaman rumahnya. Pintu gerbangnya juga masih tergembok, sepertinya Dea lagi keluar kota. “boleh deh, tapi aku lihat rumahnya masih tergembok nih, mobil ayahnya juga gak ada. Tapi kita coba ke rumahnya aja besok”, aku membalas pesan bbm Fira. Aku menunggu balasan dari Fira dan ternyata aku langsung tertidur.


Adzan subuh membangunkanku, aku ambil hpku untuk melihat jam sekaligus melihat pesan masuk bbmku. Ada pesan dari Fira, “Besok kamu gak usah singgahi aku yah, soalnya ayahku akan mengantarkanku ke sekolah besok”. Aku membalas dengan singkat, “oke”. Aku segera mengambil air wudhu dan melaksanakan shalat dua rakaat. Selesai shalat aku siap-siap ke sekolah.


Hari ini aku jalan kaki sendiri pergi ke sekolah. Saat tiba di rumah Fira, nampaknya Fira sudah pergi deluan karena mobil ayahnya sudah tidak ada di halaman rumahnya. Sesampainya di sekolah, aku ketemu Fira. Aku sangat senang bertemu dengannya, aku mencubit pipinya dengan gemas dan melepas semua kecemasanku kemarin ke dia. Aku legah, tetapi saat aku memandangi kursi Dea yang duduk di samping Fira. Kecemasanku kembali timbul walaupun tidak sekuat kemarin. Fira memegang bahu aku. Aku tidak melihatnya. Pandanganku masih tetap pada bangku Dea. “Dea Cik, Dea Cik”, rintih Fira. Aku menghadap ke Fira. Aku melihat air mata Fira jatuh, perasaanku tidak enak sekarang. Nampaknya ada kabar yang tidak membahagiakan tentang Dea. Aku memaksa Fira melanjutkan ucapannya. “Dea kenapa Fir? Ngomong dong jangan nangis gini!. Aku memaksa Fira. Dina yang menjawab pertanyaanku, “Dea udah meninggal Cik, tadi ibu guru datang memberitahu kabar duka ini”. Air mataku jatuh setelah mendengar itu, cairan di hidungku juga turun mengiringi air mataku. Aku langsung duduk seolah tidak percaya. Aku terus berpikir apakah ini benar-benar terjadi. Aku berharap ini adalah mimpi buruk dan aku berharap aku bisa segera bangun dan meinggalkan mimpi buruk ini. Tidak mungkin Dea pergi secepat ini, rasanya aku baru menjalin persahabatan yang indah kemarin, pikirku. Fira memegang bahuku lagi, aku tidak melihatnya. 


Pandanganku kosong, pikiranku melayang kesana kemari. Aku megingat kembali kejadian-kejadian sebelumnya. Muka pucat yang sering kali kulihat di muka Dea. Aku sudah menduganya, ada yang tidak beres dengan Dea. Aku menyalahkan diriku, mengapa aku tidak menanyakan keadaan sahabatku? Mengapa aku biarkan Dea menanggung semua rasa sakitnya sendiri. Sahabat macam apa aku ini yang tidak memperhatikan sahabatnya sendiri. Yang tidak mengetahui kondisi sahabatnya sendiri. Aku menyalahkan diriku dan tak kuasa menahan rasa sakit dan sedih ini. Air mataku semakin deras. Fira juga begitu, dia tampak sedih sekali.


Hari itu kami tidak melaksanakan proses belajar mengajar di kelas. Kami beramai-ramai ke rumah Dea. Jenazah Dea belum sampai di rumah. Ternyata Dea dirawat di rumah sakit di Singapura, sore baru jenazah Dea tiba. Aku dan Fira sudah berada di rumah Dea sejak pagi tadi. Aku dan Fira masuk ke kamar Dea. Kamar yang rapi dengan cat dinding biru muda, sepreinya pun biru muda. Dea memang suka warna biru muda. Di kamar Dea memasang attention board di dinding depan tempat tidurnya. Attention board yang besar itu dipenuhi foto-foto kami bertiga. Dea juga menulis setiap peristiwa yang menarik yang kami alami bersama. Termaksud saat Dea mencicipi capucino buatan ibu. Dia menulis jam, hari, tanggal, tahun, dan keterangannya. Dia menulis jam lima sore, hari kamis, 12 mei 2010, dan menulis keterangannya: capucino buatan ibunya Cika enak banget, aku harap itu bukan terakhir kalinya aku mencicipi capucino yang super enak itu, aku berharap aku bisa mencicipinya lagi bersama Cika sayang. Air mataku tidak pernah berhenti turun, aku mengingat kembali masa itu. Aku ingat Dea lagi, aku sedih harapan Dea tidak terwujud. Ternyata capucino buatan ibu dia cicipi untuk pertama dan terakhir kalinya. Kasihan Dea, orangnya yang selalu menebar senyum yang sangat manis yang hanya dimilikinya itu telah tiada. Aku tidak akan bisa melihat senyum manis Dea lagi. Aku tidak bisa menahan rasa sedih ini.


Aku terduduk di tempat tidur Dea dan membanting diri. Fira terduduk di kursi belajar Dea, aku melihatnya. Tatapannya kosong, aku berdiri dan menghampiri Fira. Aku memegang pundaknya dan berkata dengan nada terputus-putus, “sekarang kita harus merelakannya, satu-satunya cara dan terakhir kalinya harus kita lakukan untuk kebahagiaan Dea adalah mendoakannya, ayo kita keluar dan menjemput jenazah Dea di bandara”. Aku menguatkan Fira dan diriku sendiri. Sekitar jam 14.30 kami menuju bandara. Aku dan Fira menumpang di mobil ayah. Bu guru Aya juga menjemput jenazah Dea di bandara, dia menaiki sedan hitamnya yang dibelinya bulan lalu. Ayah Fira juga ikut, ia menaiki mobilnya sendiri. Fira sengaja gak ikut dengan ayahnya karena dia ingin bersamaku. Sekitar lima mobil yang menjemput jenazah Dea, satu mobil keluarga Dea, dan satunya lagi aku tidak mengetahuinya, sepertinya teman kerja ayah Dea.


Perjalanan ke bandara memakan waktu tiga puluh menit untuk sampai. Sesampainya di bandara kami harus menunggu di ruang tunggu karena pesawat yang membawa jenazah Dea belum tiba. Fira menyandarkan kepalanya di bahuku. Tidak cukup sepuluh menit kami menunggu, pesawat pun tiba. Hanya keluarga Dea yang diizinkan turun ke lapangan udara dan yang lainnya tetap menunggu di ruang tunggu. Kami pun pulang ke rumah Dea mengiringi jenazah Dea. Sirine ambulance yang aku dengar seperti sirine yang ada di jantungku. Begitu cepat berdetak, jari-jariku gemetaran dan aku merinding.

Semua pertanyaan yang selama ini ada di pikiranku terjawab sudah. Ibu yang menceritakan semuanya kepadaku. Dea sakit leukimia, maka dari itu setiap hari dia terlihat pucat. penyakit itu sudah lama di deritanya sekitar tiga tahun lalu. Mereka pergi ke singapura hari jumat subuh. Pantas saja aku mendengar bunyi mobil ayah Dea jumat subuh lalu, aku kira aku bermimpi, soalnya malam itu aku begadang mengerjakan pekerjaan rumahku setelah selesai memikirkan dan bertanya-tanya pada diriku sendiri tentang Dea. Pertanyaan yang aku tanya ke diriku sendiri selama ini sudah terjawab.


Sesampainya di rumah duka, jenazah Dea langsung di shalatkan. Aku melihat ibu Dea yang sangat terpukul atas kepergian Dea, dia memanggil-manggil nama Dea. Ada dua orang yang memegang ibu Dea seakan menguatkannya. Aku juga melihat ayah dan kedua saudara laki-laki Dea, air muka mereka begitu tegar. Nampaknya mereka sudah merelakan kepergian Dea, mereka terlihat sangat tegar di banding ibu Dea. Jenazah Dea dikuburkan setelah dishalatkan, kami tidak bisa melihat wajah Dea untuk yang terakhir kalinya karena jenazah Dea sudah dikafani dari singapura. Aku melihat wajah Dea untuk terakhir kalinya saat kami meminum capucino buatan ibu, saat itu juga adalah untuk terakhir kalinya aku melihat senyum manis Dea yang tersenyum karena merasakan kelezatan capucino buatan ibu. Aku tak kuasa menahan air mataku jatuh mengingat kejadian itu. Ibu tiba-tiba memelukku dan membisikku, “yang tabah yah sayang, jangan nangis lagi, kamu harus merelakan sahabatmu supaya dia bisa tenang di alamnya”. Aku pun menghapus air mataku setelah mendengar bisikan ibu. Aku tersenyum kecil untuk Dea, semoga Dea melihat senyumku ini agar dia bisa tenang di sana.

Dea sudah dikuburkan, aku melihat nisan Dea dan membayangkan senyumnya. Sekarang dia sudah lebih baik karena telah bebas dari penyakit yang dideritanya selama ini. Aku berpikir positif sekaligus untuk menguatkan diri. Aku berdiri dan pulang setelah sekitar sepuluh menit aku duduk di samping kuburan Dea. “selamat jalan kawan, semoga kau senang dan tenang disana, aku akan selalu mendoakanmu disini”. Aku berdoa dan membalikkan kepalaku ke arah kuburan Dea dan memandanginya.


Sesampainya di rumah aku langsung terbaring di kamarku. Aku capek sekali hari ini, tenagaku terkuras dan hatiku menangis. Tatapanku kosong, tiba-tiba ibu datang menghampiriku dan mengajakku ke teras. Aku menuruti ajakan ibu. Dengan badan lemas aku berjalan menuju teras rumah. Aku kaget melihat dua cangkir capucino di atas meja. Kekagatenku ini sama dengan saat ibu membuatkan dua cangkir capucino untuk aku dan Dea. Selama ini ibu selalu membuatkanku secangkir capucino walaupun aku selalu ingin meminum lebih dari secangkir karena kelezatan capucino ibu, tetapi ibu tetap membuatkanku secangkir saja. Aku menatap kedua cangkir capucino itu dan teringat akan Dea, suara ibu mengagetkanku. “kenapa hanya diliatin, ayo minum bersama”, ajak ibu. Ternyata ibu membuat dua cangkir untuk aku minum bersama ibu. Untuk pertama kalinya aku minum capucino buatan ibu. Aku curiga ini pertama kalinya ibu merasakan capucino buatannya sendiri.


Aku menatap mata ibu, nampaknya ibu sangat mengerti apa yang dirasakan anaknya saat ini. Ibu tersenyum manis dan menurutku itu untuk aku. Ajaib, hatiku menjadi tenang, mungkin karena meminum capucino buatan ibu atau melihat senyum manis ibu. Mungkin karena keduanya, ibu berhasil menentramkan hatiku. Sepertinya ibu adalah malaikat tanpa sayap yang diberikan Tuhan untuk aku. Aku menaruh cangkir capucinoku di atas meja dan memeluk ibu dengan erat. Ibu mengelus-elus rambutku, aku merasakan kasih sayang ibu yang lebih. “dia telah tenang sayang”, bisik ibu. Aku menutup mata dan berdoa, “semoga kau bahagia di sana”. Air mataku jatuh saat itu, tetapi dengan cepat aku menghapus air mataku dan tersenyum lebar. “aku bahagia menjadi sahabatmu walaupun hanya sebentar saja”, dalam hatiku. Akupun melanjutkan meminum capucino buatan ibu, aku sudah lebih baik sekarang. Aku sudah lebih tegar sekarang.

Wednesday 30 October 2013

DORAEMON

Posted by Unknown at October 30, 2013 0 comments
Keluarga Doraemon
Doraemon (ドラえもん) adalah judul sebuah manga populer yang dikarang Fujiko F. Fujio (藤子・F・不二雄) sejak tahun 1969 dan berkisah tentang kehidupan seorang anak pemalas kelas 5 sekolah dasar yang bernama Nobi Nobita (野比のび太) yang didatangi oleh sebuah robot kucing bernama Doraemon yang datang dari abad ke-22. Dia dikirim untuk menolong Nobita agar keturunan Nobita dapat menikmati kesuksesannya daripada harus menderita dari utang finansial — yang akan terjadi pada masa depan — yang disebabkan karena kebodohan Nobita.

Nobita, setelah gagal dalam ulangan sekolahnya atau setelah diganggu oleh Giant dan Suneo, akan selalu mendatangi Doraemon untuk meminta bantuannya. Doraemon kemudian biasanya akan membantu Nobita dengan menggunakan peralatan-peralatan canggih dari kantong ajaibnya; peralatan yang sering digunakan misalnya "baling-baling bambu" dan "Pintu ke Mana Saja". Sering kali, Nobita berbuat terlalu jauh dalam menggunakan peralatannya dan malah terjerumus ke dalam masalah yang lebih besar.

Sejarah 
Pada bulan Desember 1969, manga Doraemon terbit berkesinambungan dalam 6 judul majalah bulanan anak. Majalah-majalah tersebut adalah majalah Yoiko (anak baik), Yōchien (taman kanak-kanak), Shogaku Ichinensei (kelas 1 SD), Shogaku Yonnensei (kelas 4 SD), dan sejak 1973 majalah Shogaku Gogensei (kelas 5 SD) dan Shogaku Rokunensei (kelas 6 SD). Cerita yang terkandung dalam majalah-majalah itu berbeda-beda, yang berarti pengarang cerita ini harus menulis lebih dari 6 cerita setiap bulannya. Pada tahun 1979, CoroCoro Comic diluncurkan sebagai majalah Doraemon.
 
Sejak pertama kali muncul pada tahun 1969, cerita Doraemon telah dikumpulkan dan dibagi ke dalam 45 buku yang dipublikasikan sejak tahun 1974 sampai 1996, dan telah terjual lebih dari 80 juta buku pada tahun 1992. Sebagai tambahan, pada tahun 2005, Shōgakukan menerbitkan sebuah serial tambahan sejumlah 5 jilid dengan judul Doraemon+ (Doraemon Plus), dengan cerita yang berbeda dari 45 jilid aslinya.

Setting
Doraemon dikirim kembali ke masa Nobita hidup oleh cicit Nobita, Sewashi, untuk memperbaiki kehidupan Nobita agar keturunannya merasakan kehidupan yang lebih baik. Dalam kehidupan aslinya (tanpa dibantu Doraemon), Nobita gagal dalam pelajaran sekolahnya, gagal dalam karier, dan meninggalkan keluarganya dengan masalah finansial.
Cerita terfokus tentang kehidupan sehari-hari Nobita, tokoh utama cerita ini. Doraemon memiliki sebuah kantung 4 dimensi yang ia isi dengan benda-benda dari masa depan. Seringkali Nobita datang merengek-rengek karena masalah di sekolah atau di lingkungannya, setelah memohon atau memaksa, Doraemon akan mengeluarkan sebuah alat yang membantu Nobita menyelesaikan masalah, membalas dendam, atau hanya sekedar pamer ke teman-temannya.
Bagaimanapun, Nobita biasanya bertindak terlalu jauh, mengacuhkan saran atau perintah Doraemon, dan mengakibatkannya terjerumus ke masalah yang lebih dalam. Terkadang, teman Nobita (biasanya Suneo atau Giant) mencuri alat tersebut dan berakhir dalam kekacauan karena salah menggunakannya.


Thursday 24 October 2013

Enharmonic Singers

Posted by Unknown at October 24, 2013 0 comments

ENHARMONIC SINGERS :*

Wednesday 23 October 2013

DOWNLOAD CAMERA360

Posted by Unknown at October 23, 2013 0 comments

http://chip.co.id/asset/public/articles/uploads/images/camera-360-tile.jpg

Hai teman .. bertemu pada postingan kedua, saya Tya sebagai admin saya ingin membagikan software yang membuat wajah kita seperti memakai topeng.. haha, alias memberikan efek lebih bagus dalam hal fotodi sini saya memberikan update terbaru dari camera 360 bagi pecinta android pasti tau kaaannn.. :)ok cekidot langsung deh ke lokasi

Download Camera360


AURORA ANIMATION

Posted by Unknown at October 23, 2013 0 comments
halo teman semua kita berjumpa pertama pada postingan software yang baru saya temui dan saya kagumi , saya bahkan suka menggunakan software ini dan membuat usaha sendiri dengan ini.. tapi ssstttt.. ini jangan disebarkan karena software ini cukup berguna haha.. langsung aja ke softwarenya yaitu aurora animasi,
pasti tau deh, ituloh software yang membuat editor tentang logo .. pasti terkejut deh selain penggunannya yang gampang software ini juga membantu kita mengedit logo dengan tampilan yang sesuai keinginan kita .. mending langsung check it out yuk. *click Download here dibawa gambar*




DENGKI & DENDAM

Posted by Unknown at October 23, 2013 0 comments
DENGKI DAN DENDAM Cetak E-mail


Dalam Al-Quran Allah berfirman yang artinya: "Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang di karuniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. (karena) bagi seorang laki-laki ada bagian daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah yang maha mengetahui segala sesuatu. (An-Nisa: 32). Dendam dalam bahasa Arab di sebut hiqid, ialah "Mengandung permusuhan didalam batin dan menanti-nanti waktu yang terbaik untuk melepaskan dendamnya, menunggu kesempatan yang tepat untuk membalas sakit hati dengan mencelakakan orang yang di dendami". Berbahagialah orang yang berlapang dada, berjiwa besar dan pema 'af. Tidak ada sesuatu yang menyenangkan dan menyegarkan pandangan mata seseorang, kecuali hidup dengan hati yang bersih dan jiwa yang sehat, bebas dari rasa kebingungan dan bebas dari rasa dendam yang senantiasa menggoda manusia. Seseorang yang hatinya bersih dan jiwanya sehat, ialah mereka yang apabila melihat sesuatu nikmat yang diperoleh orang lain, ia merasa senang dan merasakan karunia itu ada pula pada dirinya. Dan apabila ia melihat musibah yang menimpa seseorang hamba Allah, ia merasakan sedihnya dan mengharapkan kepada Allah untuk meringankan penderitaan dan mengampuni dosanya. Demikianlah seorang muslim, hendaknya selalu hidup dengan hati yang bersih dan jiwa yang sehat, rela terhadap ketentuan Allah dan terhadap kehidupan. Jiwanya bebas dari perasaan dengki dan dendam. Karena perasaan dengki dan dendam itu merupakan penyakit hati, yang dapat merembeskan iman keluar dari hati, sebagaimana merembesnya zat cair dari wadah yang bocor. Islam sangat memperhatikan kebersihan hati karena hati yang penuh dengan noda-noda kotoran itu, dapat merusak amal sholeh, bahkan menghancurkannya. Sedang hati yang bersih, jernih dan bersinar itu dapat menyuburkan amal dan dorongan semangat untuk meningkatkan amal ibadah, dan Allah memberkahi dan memberikan segala kebaikan kepada orang yang hatinya bersih. Oleh karena itu, jamaah muslimin yang sebenarnya, hendaknya jamaah yang terdiri dari orang-orang yang bersih jiwanya dan sehat hatinya, yang terdiri di atas saling cinta mencintai, saling kasih mengasihi, sayang menyayangi, yang merata, di atas pergaulan yang baik dan kerjasama yang saling menguntungkan timbal balik, di dalamnya tidak ada seorang yang untung sendiri, bahkan golongan yang semacam ini, sebagaimana di gambarkan dalam Al-Qur'an yang artinya: "Yang orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa 'Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau biarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang beriman, Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau maha penyantun lagi maha penyayang". (Al-Hasyr: 10). Apabila rasa permusuhan telah tumbuh dengan suburnya, sampai berakar, dapat mengakibatkan hilangnya rasa kasih sayang dan hilangnya kasih sayang dapat mengakibatkan rusaknya perdamaian. Dan jika sudah sampai demikian, maka dapat menghilangkan keseimbangan yang pada mulanya menjurus kearah perbuatan dosa-dosa kecil, dan akhirnya dapat mengarah kepada dosa-dosa besar yang mengakibatkan turunnya kutukan Allah. Perasaan iri hati karena orang lain memperoleh nikmat kadangkala dapat menimbulkan khayalan yang bukan-bukan sampai membuat-buat kedustaan. Islam membenci perbuatan demikian dan memperingatkan jangan sampai terjerumus kedalamnya. Mencegah adanya ketegangan dan permusuhan, menurut Islam merupakan ibadah yang besar, sebagaimana sabda Nabi saw yang artinya: "Maukah aku beritahukan kepadamu perkara yang lebih utama dari puasa, shalat dan shadaqoh?, Jawab sahabat: "Tentu mau". Sabda Nabi saw: "yaitu mendamaikan di antara kamu, karena rusaknya perdamaian di antara kamu adalah menjadi pencukur yakni perusak agama". (HR. Abu Daud dan Turmudzi). Syaitan kadangkala tidak mampu menggoda orang-orang pandai untuk menyembah berhala, tetapi syaitan sering juga mampu menggoda dan menyesatkan manusia, melalui celah-celah pergaulan dengan cara merusak perdamaian diantara mereka itu sendiri, sehingga dengan hawa nafsunya yang tidak terkendalikan, mereka tersesat dan tidak mengetahui hak-hak Tuhannya, bagaikan menyembah berhala. Di sinilah syaitan mulai menyalakan api permusuhan di hati manusia dan jika api permusuhan itu telah menyala, ia senang melihat api itu membakar manusia dari zaman ke zaman, sehingga turut terbakarnya hubungan dan segi-segi keutamaan manusia. Kita harus mengetahui bahwa manusia itu berbeda-beda tabiat dan wataknya, berbeda-beda kecerdasan akal dan daya tangkapnya. Karena itu dalam pergaulan dan pertemuan di lapangan kehidupan, kadangkala mereka membuat kesempatan yang mengakibatkan perselisihan dan permusuhan. Maka Islam telah memberikan cara penanggulangan mensyari'atkan penepatan akhlak yang baik, yang membuat hati mereka luluh dan sarat berpegang kepada kasih sayang. Dan Islam melarang memutuskan hubungan dan berbantah-bantahan. Memang kita sering merasakan seolah-olah kejelekan itu dilemparkan kepada kita, sehingga kita sering tidak mampu mengendalikan perasaan dan kejengkelan kita, yang apabila fikiran kita sempit, maka timbullah niat untuk memutuskan hubungan dengan si pemeluknya. Tetapi Allah tidak rela perbuatan yang demikian. Memutuskan hubungan sesama muslim dilarang, sebagaimana sabda nabi saw yang artinya: "Janganlah kamu putus hubungan, belakang membelakangi, benci membenci, hasut menghasut. Hendaknya kamu menjadi hamba Allah yang bersaudara satu sama yang lain (yang muslim) dan tidaklah halal bagi (setiap) muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari". (HR. Bukhori dan Muslim). Dalam hadits ini dinyatakan batas tiga hari, karena pada waktu tiga hari kemarahan sudah bisa reda, setelah itu wajib bagi seorang muslim, untuk menyambung kembali hubungan tali persaudaraannya dengan saudara-saudaranya sesama muslim, dan membiasakan perilaku yang utama ini. Karena putusnya tali persaudaraan ini tak ubahnya seperti awan hitam atau mendung apabila telah di hembus angin, maka hilanglah mendungnya dan cuacapun menjadi bersih dan terang kembali. Ringkasnya, hendaknya orang-orang yang mempunyai penyakit hati, seperti rasa dendam, iri hati, dan dengki selalu ingat bahwa kekuasaan Allah mengatasi segala kekuasaan. Dan hendaklah ia ingat, bahwa harta benda dan kedudukan yang bersifat duniawi itu selamanya tidak kekal. Paling jauh dan lama, sepanjang hidupnya saja, bahkan mungkin sebelum itu. Dalam Al-Quran Allah berfirman yang artinya: "Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang di karuniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. (karena) bagi seorang laki-laki ada bagian daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah yang maha mengetahui segala sesuatu. (An-Nisa: 32). Oleh Abbas Shofwan Matla'il Fajr    

DARAH ISTIHADAH

Posted by Unknown at October 23, 2013 0 comments

Apa itu Darah Istihadah?


Pada umumnya, darah yang keluar dari rahim wanita dianggap darah haid kerana lazimnya mengalir mengikut putaran bulanan. Namun selain itu terdapat faktor-faktor lain yang menyebabkan darah itu keluar tidak mengikut putarannya, maka ia dianggap darah istihadah.
Apakah itu darah istihadah? Istihadah ialah darah yang keluar bukan pada waktu haid dan juga bukan dalam tempoh nifas. Menurut Syeikh Muhammad bin Saleh al-Uthaimin, istihadah ialah darah yang keluar terus-menerus pada seorang wanita tanpa henti sama sekali atau berhenti sebentar dalam sebulan.
Daripada takrif yang dikemukakan di atas, terdapat dua keadaan istihadah yaitu:
Keadaan pertama: darah yang keluar tanpa henti-henti.
Keadaan kedua: darah tidak keluar berterusan, sebaliknya berhenti seketika dan keluar semula.
Terdapat sebuah hadis yang diriwayatkan daripada Aisyah r.ha. bahawa Fatimah binti Abu Hubaisy berkata kepada Rasulullah s.a.w: “Ya Rasulullah, sungguh aku ini tak pernah suci, apakah aku perlu meninggalkan solat?” Rasulullah s.a.w. menjawab: “Tidak, itu adalah darah penyakit. Namun tinggalkan solat sebanyak hari yang biasanya kamu haid sebelum itu, kemudian mandilah dan lakukan solat.” (Riwayat al-Bukhari)
Manakala riwayat daripada Hamnah binti Jahsy, ketika datang kepada Rasulullah s.a.w., dia berkata: “Ya Rasulullah, sungguh aku sedang mengalami istihadah yang deras sekali.” (Riwayat al-Bukhari, Ahmad, Abu Daud dan al-Tirmizi)
Bagaimana Mengenali Istihadah?
Masih ramai wanita terutamanya remaja yang masih keliru dalam membezakan antara darah haid dengan istihadah. Jadi, bagaimana hendak membezakan antara kedua-dua jenis darah ini? Berikut adalah empat keadaan istihadah:
1. Darah yang keluar kurang daripada had masa minimum haid iaitu sehari semalam.
2. Darah yang keluar melebihi had masa maksimum haid yaitu 15 hari.
3. Keluar darah sebelum umur minimum haid iaitu sebelum berumur 9 tahun.
4. Darah yang keluar lebih daripada tempoh maksimum nifas iaitu 60 hari.

Hukum-hukum Istihadah

Memandangkan istihadah bukan darah haid dan dianggap darah penyakit, maka hukum istihadah tidak menyamai hukum haid. Wanita yang mengalami istihadah tidak perlu mandi wajib. Mandi hanya perlu setelah tamat tempoh haid.
Bagi wanita yang berada dalam keadaan istihadah juga, mereka tetap wajib menunaikan solat seperti biasa. Namun mereka perlu berwuduk bagi setiap kali solat yang hendak ditunaikan. Ini berdasarkan saranan Rasulullah s.a.w. dalam sabda Baginda yang bermaksud: “Kemudian berwuduklah kamu setiap kali hendak solat.” (Riwayat al-Bukhari)
Perlu diingat bahawa wanita mustahadah perlu berwuduk untuk satu solat, bukan satu wuduk untuk dua solat. Ini bermakna, wanita mustahadah tidak boleh “menyimpan” wuduk bagi solat Maghrib untuk digunakan dalam solat Isyak. 
Selain itu, wanita mustahadah juga perlu membersihkan darah istihadah itu setiap kali sebelum berwuduk. Rasulullah s.a.w. bersabda kepada Hamnah yang bermaksud: “Aku beritahukan kepadamu (agar menggunakan) kapas kerana kapas dapat menyerap darah.” Hamnah berkata: “Darahnya lebih banyak daripada itu.” Baginda bersabda lagi yang bermaksud: “Gunakan kain.” Jawab Hamnah: “Darahnya masih banyak.” Baginda berkata lagi yang bermaksud: “Maka pakailah penahan.” (Riwayat al-Tirmizi)
Dalam konteks zaman kini, penahan yang dimaksudkan oleh Rasulullah s.a.w. itu ialah tuala wanita. Sekiranya telah dibersihkan darah istihadah dan ditukar dengan tuala wanita yang baru, darah tetap mengalir selepas berwuduk, maka wuduk tersebut tetap sah untuk satu solat.
Mungkin bagi wanita yang telah berumah tangga, mereka tertanya-tanya, apakah boleh mereka “bersama” suami? Menurut Syeikh al-Uthaimin, ulama berbeza pendapat dalam masalah ini. Sebahagian mereka berkata elok dielakkan selama mana tidak menyebabkan zina. Namun hakikatnya, tiada sebarang larangan pada zaman Rasulullah s.a.w. dan sahabat dalam hal ini. Jadi, berdasarkan hukum wanita mustahadah dibolehkan solat, maka Syeikh Uthaimin berpendapat bahawa mereka boleh bersama suami.

 

Queen's Pink Blog Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review